Minggu, 14 Januari 2018

Ruang Lingkup Dari Komunikasi Lisan Dan Negoisasi



Istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris yaitu communication, sedangkan dari bahasa latin adalah comunicatus yang mempunyai arti berbagai atau menjadi milik bersama. Komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.
Ilmu  komunikasi  adalah  ilmu  pengethuan  sosial  yang  bersifat  multidisipliner,  olehnya  itu  tidak  bias menghindari  perspektif  dari  beberapa  ahli  yang  tertarik  pada  kajian  tentang  komunikasi,  sehingga  pengertian dan definisi komunikasi menjadi semakain banyak dan beragam, tetapi pada dasarnya semua itu bersi fat saling melengkapi dan menyempurnakan.
Pesan  adalah produk  utama  komunikasi.  Pesan  berupa  lambang-lambang  yang  menjalankan  ide/gagasan,  sikap,  perasaan, praktik atau tindakan. Bisa berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik atau  tingkah  laku  dan  berbagai  bentuk  tanda-tanda  lainnya.
Negosiasi merupakan proses untuk mencapai kesepakatan yang  menyangkut kepentingan timabal balik dari pihak-pihak dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang ber-beda satu sama lain. Negosiasi, baik yang dilakukan oleh seorang pribadi dengan pribadi lainnya, maupun negosiasi antara kelompok dengan kelompok (atau antar pemerintah), senantiasa melibatkan pihak-pihak yang memiliki latar belakang berbeda dalam hal wawasan, cara berpikir, corak perasaan, sikap dan pola perilaku, serta kepentingan dan nilai-nilai yang dianut.

1.           Komunikasi Lisan dalam Rapat
Di dalam suatu pertemuan dan dalam suatu rapat setiap anggota atau peserta harus menyadari posisinya dalam forum tersebut. Tiap peserta hendaknya:
§   Mampu berperan sebagai penyelaras yang sangat bijaksana dan adil namun tidak kehilangan pendirian.
§   Mampu menjadi komunikator yang berpartisipasi aktif namun tidak memonopoli pembicaraan.
§   Mampu berkomunikasi secara terbuka, jujur dan bertanggung jawab.
§   Mampu menjadi komunikan yang sangat responsive namun tidak emosional.
§   Mampu mengontrol diri, dan menghindarkan terjadinya debat serta tidak berbicara bertele-tele.


2.           Komunikasi Lisan dalam Wawancara
Misalkan dalam suatu wawancara, kita melakukan komunikasi dengan seorang yang diwawancara. Dalam wawancara tersebut, ada pihak yang lebih mencondong memberikan pertanyaan. Wawancara biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data yang ingin kita dapat. Ada juga etika dalam berwawancara, diantaranya adalah memperkenalkan diri terlebih dahulu. Kemudian kita sampaikan maksud dari wawancara yang kita lakukan. Kita juga harus respect kepada orang yang kita tanya sehingga ia merasa nyaman. Berikut ini ialah hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan wawancara:
§   Gunakan volume suara yang baik dan terdengar (berbicara tidak terlalu keras).
§   Hindari bahasa menggurui responden.
§   Hindari sikap rakus.
§   Fokus pada lawan bicara.
§   Fokus pada pembicaraan.
§   Tidak boleh memotong pembicaraan.
§   Lakukan verifikasi jika ada kekurangan.
§   Hindari kata-kata kasar (kotor).
§   Bersikap ramah.
§   Jangan menyakiti hati responden.
§   Hidari tatapan yang menyelidik/melotot/clingak-clinguk.
§   Ucapkan terima kasih.

3.           Komunikasi Lisan dalam Bernegosiasi
Diartikan sebagai proses yang melibatkan upaya untuk merubah sikap dan perilaku orang lain. Sedangkan pengertian yang lebih rinci menunjukkan bahwa negosiasi merupakan proses mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timbal balik dari pihak dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan yang berbeda satu sama lain. Negosiasi, baik dilakukan pribadi dengan lainnya, maupun negosiasi antar kelompok, senantiasa melibatkan pihak yang memiliki latar belakang berbeda dalam hal wawasan, cara berpikir, corak perasaan, sikap dan pola perilaku. Pada hakikatnya negosiasi perlu dilihat dari konteks antar budaya dari pihak yang melakukan negosiasi, dalam artian perlu komunikasi lisan, kesedian untuk memahami latar belakang, pola pemikiran, dan karakteristik, serta berusaha untuk saling menyesuaikan diri.
Agar dalam berkomunikasi lebih efektif dan kena sasaran, negosiasi bisnis harus dilaksanakan dengan melalui beberapa tahap:

§   Fact-finding, mengumpulkan fakta atau data yang berhubungan dengan kegiatan bisnis lawan sebelum melakukan negosiasi.

§   Planning, sebelum bernegosiasi/berbicara susunlah garis besar pesan yang hendak disampaikan.

§   Penyampaian, lakukan negosiasi pesan dalam bahasa lawan/si penerima. Usahakan gunakan istilah yang biasa dipakai oleh lawan negosiasi kita. Pilih kata yang mencerminkan citra spesifik dan nyata. Hindari timbulnya makna ganda terhadap kata yang disampaikan.

§   Umpan balik, negosiator harus menguasai bahasa tubuh pihak lawan. Dengarkan baik-baik reaksi lawan bicara. Amati isyarat seperti: angkat bahu, geleng kepala, mencibir, mengaggguk setuju. Umpan balik untuk mengetahui sama makna yang disampaikan dengan yang ditangkap lawan negosiasi bisnis kita.

§   Evaluasi, menilai apakah tujuan negosiasi sudah tercapai, apakah perlu diadakan lagi, atau perlu menggunakan cara untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Meskipun pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik, bukan berarti hasil yang diharapkan akan diperoleh sesuai dengan yang direncanakan semula. Sering terjadi justru perbedaan pandangan terhadap cara penyelesaian masalah antara pemberi dan penerima pesan. Diperlukan pembicaraan lebih lanjut, yang memerlukan perjuangan tersendiri bagi pengirim pesan dalam menyampaikan dan memenangkan pendapatnya.
Jika terjadi adu pendapat antara negosiator dengan pihak lawan, timbul dorongan untuk menang. Keinginan untuk menang di satu sisi mengabaikan kekalahan dipihak lainnya, biasanya sulit tercapai. Untuk itu digunakan strategi win-win solution.



Sumber:
Purwanto, Djoko. 1997. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar